BEBERAPA KARAKTER/TIPE GURU SEBAGAI BAHAN EVALUASI DIRI
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh
Selamat Malam.
Jika anda seorang guru atau pendidik, tentunya anda perlu
mengevaluasi lebih mendalam termasuk karakter atau tipe apakah anda
sebagai seorang guru. Berikut ini penulis sampaikan karakter atau tipe
guru tersebut sebagai sarana mengevaluasi diri anda.
Pintar
Guru yang pintar dalam mengajar dan membimbing anak didiknya. Guru
seperti ini pintar dalam melakukan tugasnya sebagai seorang guru, juga
dapat membuat anak didiknya menjadi cerdas. Guru pintar ini dalam
melakukan pembelajaran di kelas benar-benar mengasah aspek-aspek
kecerdasan siswanya secara baik.
Sabar
Guru sabar memiliki beberapa pengertian.
Pertama, sabar saat menghadapi anak didiknya.
Kedua, sabar saat menuntaskan materi pembelajaran.
Ketiga, sabar saat menghadapi permasalahan yang terjadi.
Keempat, sabar dalam melakukan aktifitas mengajarnya.
Hanya makna guru sabar sering disalahtafsirkan oleh sebagian guru yang justru harus diluruskan.
Pertama, saat anak didiknya mencontek ia diam saja terhadap prilaku buruk mencontek muridnya.
Kedua, Bila saat mengajar anak didiknya ribut ia membiarkannya saja atau tidak dapat mengendalikan kelasnya.
Ketiga, bila anak didiknya berprilaku tidak sopan ia tidak menegur atau mengingatkannya.
Sadar
Guru yang sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai guru. Guru
seperti ini selalu berinisiatif untuk mengembangkan profesionalitasnya
sebagai guru. Guru sadar ini diperintah atau tidak diperintah oleh
atasannya selalu berusaha mengambil peran untuk kemajuan sekolahnya.
Dasar
Guru yang sudah memiliki dasar sebelumnya menjadi guru. Guru semacam
ini memang menyenangi profesinya sebagai guru. Hal ini dibuktikan dengan
kecintaannya mengajar, jurusan di Perguruan Tinggi yang dipilihnya dan
pengalaman mengajarnya yang sudah dimulai sejak muda.
Benar
Guru yang benar dalam melakukan aktifitas pengajarannya. Ia
menyampaikan materi yang benar, tidak asal, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Ia tidak melakukan ‘mal praktek’ mengajar
misalnya tidak melakukan kekerasan fisik saat mengajar, tidak membolos
saat jadwal mengajar, dan lain-lain.
Wajar
Guru seperti ini wajar dalam bersikap dan tidak dibuat-buat. Wajar
dalam memberikan tugas (PR) kepada anak didiknya dan wajar dalam
melakukan aktifitas pengajarannya.
Nyasar
Seseorang yang sejak awal tidak berniat menjadi guru, namun karena
sesuatu hal akhirnya ia menjadi guru. Faktor-faktor yang menyebabkan
munculnya guru nyasar ada enam.
Pertama, karena tidak ada lagi lowongan pekerjaan yang dapat menampungnya kecuali menjadi guru.
Kedua, karena di Indonesia ada kecenderungan asal mau dan
berani saja jadi guru dapat menjadi guru. Ia tidak peduli ijazah,
jurusan, atau sekolah yang telah ditempuhnya.
Ketiga, karena banyak sekolah yang begitu mudah atau
asal-asalan menampung atau menerima guru. Sekolah-sekolah tersebut tidak
mempedulikan pendidikan, kompetensi, keilmuan, ataupun pengalamannya.
Keempat, karena tidak menjamin bahwa seseorang yang memiliki
pendidikan sebagai guru dapat bagus dalam mengajar, sehingga ia merasa
bahwa tidak berpendidikan sebagai guru juga dapat bagus dalam mengajar.
Kelima, salah jurusan saat mengambil jurusan di perguruan tinggi.
Keenam, jaminan kesejahteraan menjadi guru semakin baik terutama bila menjadi PNS Guru atau mendapatkan sertifikasi.
Kasar
Guru kasar ini memiliki dua pengertian.
Pertama, guru yang kasar dalam berbicara. Guru yang kasar
dalam berbicara masih banyak ditemui diberbagai sekolah. Bahkan penulis
pun pernah mengalami curhatan dari para siswa saat beraktifitas di
sekolah menengah karena ada beberapa guru yang sering mengeluarkan kata
kasar seperti nama-nama binatang saat mengajar di dalam kelas ataupun di
luar kelas. Jelas hal ini bukanlah perilaku terpuji yang dilakukan para
guru.
Kedua, guru yang kasar dalam berperilaku. Mungkin hal ini dilakukan karena ia memiliki badan yang besar dan kekar, berwajah sangar, sehingga hobinya nampar.
Kurang Ajar
Guru kurang ajar ini masih sering ditemui di berbagai sekolah. Kurang
ajar disini memiliki pengertian kurang ajar dalam bersikap, misal sikap
seorang guru laki-laki kepada anak didiknya yang perempuan berikap
tidak senonoh. Guru yang kurang ajar disini diantaranya ada guru yang
sampai melakukan kejahatan seksual. Misal memegang kemaluan ataupun alat
vital muridnya, ada pula yang sampai melakukan pacaran dengan muridnya,
bahkan ada yang sampai berzina dengan muridnya. Na’uzu billah… Ada pula
guru yang melakukan penipuan, pencurian, dan perilaku kejahatan
lainnya.
Kurang Ngajar
Guru kurang ngajar memiliki dua pengertian.
Pertama, guru tersebut merasa jam mengajar yang dimilikinya
masih kurang, sehingga ia masih ingin menambah jam mengajarnya. Hal
tersebut bisa jadi karena setiap kelebihan jam mengajar ada ‘bonus
tambahan’ yang didapat ataupun memang karena kecintaannya ia dalam
mengajar.
Kedua, setelah ia mengajar di satu tempat ia masih merasa
belum puas sehingga ia masih mengajar kembali di tempat lainnya.
Bentuknya bisa dalam bentuk privat, bimbel, kursus, mengajar kembali di
lembaga pendidikan formal, atau yang lainnya. Hal itu bisa jadi karena
kemampuan mengajarnya baik sehingga lembaga lain memintanya untuk
mengajar juga di tempatnya. Atau karena kebutuhan hidupnya yang belum
memadai, yang memaksanya untuk mencari kegiatan mengajar yang lain di
luar tempat utamanya mengajar. Ada pula sebagian guru yang hanya sekedar
mengaktualisasikan dirinya, ia mengajar di tempat lain di luar tempat
mengajarnya yang utama.
Makar
Guru semacam ini memiliki beberapa pengertian.
Pertama, hobinya membicarakan kejelekan orang lain (ghibah).
Kedua, iri atau dengki kepada kelebihan yang dimiliki guru
yang lain, apakah terkait kemampuannya mengajar, finansial yang
dimilikinya, kekayaan yang dimilikinya, perbedaan status guru yang
dimilikinya, golongan atau kepangkatan yang dimilikinya, tunjangan yang
telah didapatnya, ataupun sertifikasi yang sudah didapatkannya.
Ketiga, hobinya membicarakan kebijakan atasannya yang dipandang tidak disukainya atau yang tidak sesuai dengan keinginan dirinya.
Lapar
Guru lapar ini bisa dimaknai dua hal.
Pertama, lapar terhadap ilmu dan kompetensi yang harus
didapatkannya. Ia selalu bersemangat untuk mencari ilmu bukan karena
sekedar meraih sertifikasi atau kenaikan pangkat.Ia melakukannya karena
untuk menuntut ilmu yang harus diraihnya. Kedua, lapar dalam
arti sesungguhnya. Ia selalu merasa lapar ingin selalu makan terus bila
sebelum atau sesudah mengajar. Bagi sebagian guru laki-laki selalu ingin
merokok bila ada kesempatan untuk merokok diluar jam mengajarnya.
Bayar
Guru bayar ini adalah guru yang tidak akan mengajar kalau ia tidak dibayar. Ada pula tipe guru
bayar ini ialah guru yang sangat memperhitungkan jam mengajarnya termasuk besarnya KJM
(Kelebihan Jam Mengajar). Jadi jam mengajar dan waktu yang ia berikan harus selalu dihitung
dengan besarnya uang. Tipe guru seperti ini sering ogah-ogahan bila mendapat kegiatan
tambahan baik kegiatan yang bersifat administratif maupun yang bersifat pengajaran.
Hambar
Guru seperti ini seperti seorang yang sedang memasak, lalu ia tak menaburkan bumbu
penyedap rasa. Tentu terasa ada sesuatu yang kurang. Nah.. guru seperti ini sering terasa
kering, kurang semangat, dan kurang berisi keilmuan yang diajarkannya. Siswa yang menerima
informasinya pun sering dibuat bingung ataupun tak semangat, sehingga ketika siswa
ditanyakan tentang materi yang baru disampaikannya hasilnya siswa tidak mengerti,
Pasar
Guru pasar ini memiliki beberapa pengertian.
Pertama, guru semacam ini selalu membuat pasar kecil dengan
cara berbisnis untuk berjualan kepada guru lainnya, orangtua murid,
bahkan kepada anak didiknya. Barang yang dijual bisa bervariasi, ada
yang berbentuk buku paket, LKS, kerudung, busana muslim, atau keperluan
lainnya. Membuat pasar seperti ini banyak terjadi di berbagai sekolah
apakah yang sifatnya legal ataupun ilegal. Pertanyaannya bolehkah
melakukan jual beli semacam ini? Tentu tergantung kepada item barang
yang dijualnya, legalkah bila dijual di sekolah, ataupun apah mengganggu
aktivitas utama kita dalam mengajar atau tidak.
Kedua, guru semacam ini selalu membuat pasar kaget dengan melakukan jual beli informasi atau gosip yang terjadi antar guru.
Termasuk tipe guru yang manakah anda? Semoga anda termasuk guru
baik yang memberikan teladan bagi para muridnya, bukan termasuk guru
yang berprilaku buruk apalagi berprilaku jahat kepada muridnya.
Sekian semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita semu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar